Di dalam dan diluar ring, Oscar De La Hoya tidak pernah memiliki banyak kesulitan mendapatkan pujian. "TheGolden Boy" adalah sebuah julukan yang diberikan kepadanya setelah ia berhasil membawa pulang medali emas dari Olimpiade pada tahun 1992.
Oscar De La Hoya telah memenangi gelar dalam enam kelas berat berbeda yakni junior lightweight, lightweight, super lightweight, welterweight, super welterweight dan middleweight. Dia mengatakan “tinju tidak akan sama setelah saya pensiun”.
Walaupun sampai akhir karirnya, ia tidak bisa memenuhi ambisinya untuk memenangkan gelar di tujuh divisi.
terhitung berpendapatan lebih dari $ 300 juta sampai Mei 2006, kecepatan tangan dan kelincahan adalah dua aset utamabaginya. Sebagai seorang profesional, rekornya adalah 38-4 dengan 30 KO. “pukulan terkuat adalah tangan kiri saya," kata De La Hoya. "Tangan kanan tidak benar-benar membantu dalam pertarungan, saya dapat menggunakannya untuk mengukur,. Tapi saya bahkan tidak memikirkan tangan kanan. Bukan rahasia lagi, semua orang tahu itu."
Kemenangan atas Julio Cesar Chavez pada 1996 dan Pernell Whitaker pada tahun 1997 membuat banyak orang mempertimbangkan pria sebesar 5 kaki 11inchi ini sebagai petarung pound-for-pound terbaik di dunia. Sejak kehilangan gelar kelas welter WBC oleh Shane Mosleypada 17 Juni 2000, De La Hoya kembalimemenangkan tiga pertarungan sebelum dikalahkan lagi oleh Mosley.
Namun kemenangan atas Javier Castillejo(gelar WBC) pada Juni 2001 dan Fernando Vargas (WBA) pada September 2002 memberinya kembali gelar “welter superchampionship”.
"Apakah saya melihat diri saya sebagai Leonard atau Hearns? Tidak," kata De La Hoya. "Saya merasa saya kehilangan banyak waktu di dunia tinju karena ulah buruk saya sendiri."
Ia lahir 4 Februari 1973 di East Los Angeles, di mana orang tuanya, Joel dan Cecilia, menetap setelah meninggalkan Meksiko. Joel adalah seorang petinju profesional di Meksiko dan AS, tetapi berhenti untuk demi membangunkeluarganya, Joel(ayah De La Hoya) termasuk seorang anak yang paling tua, Joel Oscar belajar tinju dari ayahnya,Vincente (kakek De La Hoya), seorang petinju amatir di Meksiko pada 1940-an.
Joel Sr bekerja sebagai pegawai untuk sebuah perusahaan “cooling and heating” dan Cecilia bekerja sebagai penjahit dan sesekali sebagai penyanyi, tapi walaupun begitu uang masih menjadi barang langka bagi mereka.
Setelah menyadari bahwa anaknya tumbuh berdekatan dengan lingkungan yang keras dimana ada tetangga yang suka menganggunya, Joel mendorong Oscar masuk ke gym. Dia mulai tinju di usia enam tahun. "Saya masih kecildan harus melawan anak yang lebih besar yang memukuli saya," kata De La Hoya. "Tapi saya menyukainya [tinju] Jadi ayah saya membawa saya ke gym."
Tumbuh di ghetto, De La Hoya harus belajar keterampilan bertahan hidup. Pada usia 11 tahun, dia harus duduk di kursi belakang mobil untuk dibawa ke rumah sakit, ketika fragmen gotri dan kaca menancap di belakang kepalanya. Dua tahun kemudian ia ditikam saat memukuli seorang pria dewasa yang memanggilnya punk.
Usaha sejak kecil berbuah manis. Pada tahun 1988, De La Hoya memenangkan Olimpiade Junior Nasional untukkelas 119-pound dan kemudian dengan gelar 125-pound di tahun berikutnya.
Tahun 1990, saat De La Hoya berusia 17 tahun, ia pergi ke Seattle sebagai petinju termuda di “Goodwill Games”dan memenangkan medali emas di kelas berat. Ibunya berjuang melawan kanker payudara pada saat itu. Tahun itu bulan Oktober, akhirnya ibunya meninggal pada usia 38 tahun. De La Hoya berjanji untuk mengenang ibunyadengan memenangkan medali emas Olimpiade di Barcelona dan meletakkanya di makamnya.
Pada tahun 1992 Summer Games, De La Hoya menyingkirkan tiga lawanya di ronde pertama sebelum ia memastikan lolos ke semifinal, dengan kemenangan selisih satu poin. Di semifinal adalah pertandingan ulangnya dengan Marco Rudolph, yang mengalahkan dia di tahun 1991 pada Kejuaraan Dunia, untuk berebut medali emas. Kali ini iamengalahkan Rudolph di ronde ketiga.
Hook kiri Oscar De La Hoya terbukti menjadi kehancuran bagi Fernando Vargas dalam pertarungan 2002. "Pencapaian yang paling penting yang saya raih dalam hidup saya adalah saat memenangkan medali emas Olimpiade untuk ibu saya,".
Pada perayaan kemenangan di atas ring, De La hoya membawa bendera AS di satu tangan dan bendera Meksiko di sisi lain, untuk menghormati ibunya.
Itu adalah laga terakhirnya sebagai seorang amatir, ia menyelesaikanya dengan rekor 223-5 yang mencakup 153 KO. Dengan persetujuan Joel Sr , De La Hoya menerima kesepakatan kontrak $ 1.000.000 oleh manajemen “New Yorkers” dan merupakan hal yang belum pernah dilakukan sebelumnya oleh Steve Nelson dan Robert Mittleman. Setelah pertarungan pro pertamanya, Bob Arum bergabung sebagai promotor De La Hoya.
De La Hoya mencetak kemenangan KO pada ronde pertama dalam dua pertarunganya. Sampailah pertarungan proke 11nya melawan petinju asal Meksiko kelas lightweigh Narciso Valenzuela pada Oktober 1993. De La Hoyasempat mendapat knocked down. Sebelum akhirnya ia bangkit kembali dan menyingkirkan Valenzuela sebelum ronde pertama saat itu berakhir.
Ia lahir 4 Februari 1973 di East Los Angeles, di mana orang tuanya, Joel dan Cecilia, menetap setelah meninggalkan Meksiko. Joel adalah seorang petinju profesional di Meksiko dan AS, tetapi berhenti untuk demi membangunkeluarganya, Joel(ayah De La Hoya) termasuk seorang anak yang paling tua, Joel Oscar belajar tinju dari ayahnya,Vincente (kakek De La Hoya), seorang petinju amatir di Meksiko pada 1940-an.
Joel Sr bekerja sebagai pegawai untuk sebuah perusahaan “cooling and heating” dan Cecilia bekerja sebagai penjahit dan sesekali sebagai penyanyi, tapi walaupun begitu uang masih menjadi barang langka bagi mereka.
Setelah menyadari bahwa anaknya tumbuh berdekatan dengan lingkungan yang keras dimana ada tetangga yang suka menganggunya, Joel mendorong Oscar masuk ke gym. Dia mulai tinju di usia enam tahun. "Saya masih kecildan harus melawan anak yang lebih besar yang memukuli saya," kata De La Hoya. "Tapi saya menyukainya [tinju] Jadi ayah saya membawa saya ke gym."
Tumbuh di ghetto, De La Hoya harus belajar keterampilan bertahan hidup. Pada usia 11 tahun, dia harus duduk di kursi belakang mobil untuk dibawa ke rumah sakit, ketika fragmen gotri dan kaca menancap di belakang kepalanya. Dua tahun kemudian ia ditikam saat memukuli seorang pria dewasa yang memanggilnya punk.
Usaha sejak kecil berbuah manis. Pada tahun 1988, De La Hoya memenangkan Olimpiade Junior Nasional untukkelas 119-pound dan kemudian dengan gelar 125-pound di tahun berikutnya.
Tahun 1990, saat De La Hoya berusia 17 tahun, ia pergi ke Seattle sebagai petinju termuda di “Goodwill Games”dan memenangkan medali emas di kelas berat. Ibunya berjuang melawan kanker payudara pada saat itu. Tahun itu bulan Oktober, akhirnya ibunya meninggal pada usia 38 tahun. De La Hoya berjanji untuk mengenang ibunyadengan memenangkan medali emas Olimpiade di Barcelona dan meletakkanya di makamnya.
Pada tahun 1992 Summer Games, De La Hoya menyingkirkan tiga lawanya di ronde pertama sebelum ia memastikan lolos ke semifinal, dengan kemenangan selisih satu poin. Di semifinal adalah pertandingan ulangnya dengan Marco Rudolph, yang mengalahkan dia di tahun 1991 pada Kejuaraan Dunia, untuk berebut medali emas. Kali ini iamengalahkan Rudolph di ronde ketiga.
Hook kiri Oscar De La Hoya terbukti menjadi kehancuran bagi Fernando Vargas dalam pertarungan 2002. "Pencapaian yang paling penting yang saya raih dalam hidup saya adalah saat memenangkan medali emas Olimpiade untuk ibu saya,".
Pada perayaan kemenangan di atas ring, De La hoya membawa bendera AS di satu tangan dan bendera Meksiko di sisi lain, untuk menghormati ibunya.
Itu adalah laga terakhirnya sebagai seorang amatir, ia menyelesaikanya dengan rekor 223-5 yang mencakup 153 KO. Dengan persetujuan Joel Sr , De La Hoya menerima kesepakatan kontrak $ 1.000.000 oleh manajemen “New Yorkers” dan merupakan hal yang belum pernah dilakukan sebelumnya oleh Steve Nelson dan Robert Mittleman. Setelah pertarungan pro pertamanya, Bob Arum bergabung sebagai promotor De La Hoya.
De La Hoya mencetak kemenangan KO pada ronde pertama dalam dua pertarunganya. Sampailah pertarungan proke 11nya melawan petinju asal Meksiko kelas lightweigh Narciso Valenzuela pada Oktober 1993. De La Hoyasempat mendapat knocked down. Sebelum akhirnya ia bangkit kembali dan menyingkirkan Valenzuela sebelum ronde pertama saat itu berakhir.
Gelar pertamanya datang pada tahun 1994, ketika ia mengalahkan Jimmi Bredahl untuk gelar WBO junior ringan. Kemudian tahun itu ia juga meng.K.O Jorge Paez untuk gelar lightweight WBO.
Tahun 1995, setelah memenangkan 17 pertarungan pro, De La Hoya memperoleh gelar ringan IBF dengan mengalahkan Rafael Ruelas di babak kedua. Setahun kemudian, ia menang atas Chavez pada ronde keempat untuk memenangkan gelar super ringan WBC.
De La Hoya kemudian mengalahkan Pernell Whitaker dalam pertarungan12 ronde pada bulan April 1997 untuk mengklaim kejuaraan welter WBC.
Tujuh kali menang secara beruntun untuk membuat rekornya 31-0 saat bertemu Felix Trinidad pada September 1999. Pertarungan yang palingditunggu dalam dekade tersebut. Sekitar 1,25 juta penonton yangmembeli tiket menghasilkan pendapatan kotor $ 64.000.000 membuat pertarungan non kelas berat terbesar dalam sejarah.
De La Hoya membuat tertegun para juri dalam 12 ronde pertarunganya dengan Trinidad untuk mengklaim gelar welterweight.
"Saya pikir saya akan memenangkan pertarungan dengan mudah," katanya. "Felix tidak pernah menyakiti saya, tapi saya ingat ada beberapa kali saya menyulitkanya dengan kombinasi pukulan."
De La Hoya kemudian mengalahkan Pernell Whitaker dalam pertarungan12 ronde pada bulan April 1997 untuk mengklaim kejuaraan welter WBC.
Tujuh kali menang secara beruntun untuk membuat rekornya 31-0 saat bertemu Felix Trinidad pada September 1999. Pertarungan yang palingditunggu dalam dekade tersebut. Sekitar 1,25 juta penonton yangmembeli tiket menghasilkan pendapatan kotor $ 64.000.000 membuat pertarungan non kelas berat terbesar dalam sejarah.
De La Hoya membuat tertegun para juri dalam 12 ronde pertarunganya dengan Trinidad untuk mengklaim gelar welterweight.
"Saya pikir saya akan memenangkan pertarungan dengan mudah," katanya. "Felix tidak pernah menyakiti saya, tapi saya ingat ada beberapa kali saya menyulitkanya dengan kombinasi pukulan."
De La Hoya kemudian diberikan sabuk kelas welter WBC setelah iamengambilnya dari Trinidad dan bergerak naik ke kelas 154 pound. Tapi De La Hoya tidak menyimpan sabuknya dalam waktu lama, ia kehilangan itu oleh Mosley dalam keputusan 12 ronde pada bulan Juni 2000.
Setelah kekalahan tersebut, De La Hoya melakukan beberapa pencarian jiwa. Ia vacuum 9 bulan dari dunia tinjuuntuk mengejar mimpinya menjadi penyanyi. De La Hoya mulai bernyanyi “ballads Spanyol”, juga sesekali bernyanyi secara profesional di Meksiko. Pada tahun 2001, album pertamanya, "Oscar De La Hoya," dinominasikan untuk penghargaan Grammy (ia tidak menang).
Tahun itu De La Hoya memiliki split berantakan dengan Arum. Dia berpikir promotor itu mendapatkan terlalu banyak uang, Arum tidak menyukai sikap De La Hoya dan menyarankan ia pensiun karena ia tidak memiliki komitmen untuk tinju.
"Oscar tidak belajar bagaimana menghadapi kekalahan, dan ia mencari kambing hitam, dan kali ini panah jatuh pada saya," kata Arum.
Pada bulan Maret, De La Hoya kembali ke ring tapi tersingkir oleh Arturo Gatti pada ronde kelima. Tiga bulan kemudian, ia memperoleh kekalahan angka telak dari Castillejo.
"Oscar tidak belajar bagaimana menghadapi kekalahan, dan ia mencari kambing hitam, dan kali ini panah jatuh pada saya," kata Arum.
Pada bulan Maret, De La Hoya kembali ke ring tapi tersingkir oleh Arturo Gatti pada ronde kelima. Tiga bulan kemudian, ia memperoleh kekalahan angka telak dari Castillejo.
Pada Oktober 2001, De La Hoya si playboy, akhirnya memutuskan untuk menetapkan hatinya. Dalam sebuah resepsipernikahan rahasia ia mengikat hatinya dengan penyanyi latin Millie Corretjer dari Puerto Rico.
Setelah melakukan rekonsiliasi dengan Arum pada November 2001, pertarungan berikutnya De La Hoya adalah melawan Vargas, juga seorang Meksiko-Amerika dari Los Angeles. The Golden Boy menyelesaikan peseteruan derby mereka dengan mencatatkan sebuah TKO di ronde 11.
Sebelum De La Hoya pensiun, dia mencari penebusan. "Saya merasa bahwa banyak atlet yang menonjol selama karir mereka kadang-kadang dihargai setelah karir mereka usai," kata De La Hoya. "Mudah-mudahan, saya bisa dihargai setelah saya balas dendam untuk dua kerugian yang saya miliki."
Setelah melakukan rekonsiliasi dengan Arum pada November 2001, pertarungan berikutnya De La Hoya adalah melawan Vargas, juga seorang Meksiko-Amerika dari Los Angeles. The Golden Boy menyelesaikan peseteruan derby mereka dengan mencatatkan sebuah TKO di ronde 11.
Sebelum De La Hoya pensiun, dia mencari penebusan. "Saya merasa bahwa banyak atlet yang menonjol selama karir mereka kadang-kadang dihargai setelah karir mereka usai," kata De La Hoya. "Mudah-mudahan, saya bisa dihargai setelah saya balas dendam untuk dua kerugian yang saya miliki."
Tapi ternyata menjadi tiga sekarang. Pada September 2003, ia mencoba untuk balas dendam terhadap Mosley danmengatakan akan memenangkan pertandingan ulang itu dalam delapan ronde. Tapi kenyataanya dia kalah sebelum 4 ronde terakhir dengan three Scorecard dan menjatuhkan keputusan bulat bahwa gelar WBA dan WBC harus lepas darinya.
De La Hoya yang tampak lebih gemuk meraih gelar keenamnya pada Juni 2004 dalam debut kelas menengahnya, ia merebut juara divisi WBO dengan kemenangan telak setelah 12 ronde yang kontroversial dari Felix Sturrn asal Jerman.
De La Hoya yang tampak lebih gemuk meraih gelar keenamnya pada Juni 2004 dalam debut kelas menengahnya, ia merebut juara divisi WBO dengan kemenangan telak setelah 12 ronde yang kontroversial dari Felix Sturrn asal Jerman.
Tapi tiga bulan kemudian, De La Hoya kalah untuk kedua kalinya dalam tiga pertarungan. Menginjak usia 31 tahun, dia pikir dia bisa berjual beli pukulan dengan seorang petinju besar dan kuat. Sebaliknya, ia terkapar ketika mencoba untuk melakoninya dengan Bernard Hopkins dalam perebutan gelar kelas menengah.
Pertarungan berakhir pada ronde kesembilan dengan De La Hoya yang menggeliat kesakitan di kanvas olehpukulan sempurna yang ditempatkan Hopkins.
Setelah off 20 bulan, De La Hoya kembali ke ring pada Mei 2006 dan disampaikan pada janjinya untuk mengalahkanRicardo Mayorga, ia mencetak kemenangan TKO ronde keenam untuk memenangkan gelar kelas welter super WBC.
Atas kemenangan itu ia yahkin karirnya belum usai, maka promotornya mengatur pertandingan dengan Floyd Myweather Jr di Las Vegas. Ia kalah lagi dalam pertarungan itu dalam 12 ronde yang sengit.
Tak mau menyerah Oscar kembali naik ring melawan Steve Forbes dan menang lagi dengan 12 ronde.
Hingga akhirnya usai sudah cerita Oscar De La Hoya di atas ring. Pria yang dijuluki The Golden Boy itu akhirnya mengumumkan bahwa dirinya telah pensiun dari bertinju pada 2009.
Pertarungan terakhirnya adalah ketika berhadapan dengan Manny Pacquiao Desember 2008 silam. De La Hoya kalah dalam pertarungan itu. Kala itu Pacquiao dinyatakan menang di ronde kedelapan setelah kubu De La Hoya menolak melanjutkan pertandingan.
Kekalahan tersebut menambah panjang daftar kekalahannya dalam beberapa pertarungan terakhirnya sebelum pensiun. Tercatat dari tujuh kali naik ring, De La Hoya kalah dalam empat di antaranya.
Mungkin catatan itu juga yang membuat dirinya akhirnya memutuskan untuk pensiun. Dalam konferensi pers di Los Angeles, De La Hoya menyatakan bahwa alasannya pensiun adalah karena merasa dirinya sudah tak mampu berkompetisi lagi di atas ring.
"Tinju adalah hasratku, tinju adalah tujuan mengapa aku dilahirkan," ujarnya seperti dilansir Reuters.
"Dan ketika aku tak bisa melakukannya lagi, ketika aku tak bisa berkompetisi di level tertinggi lagi, itu terasa tak adil. Tak adil untukku, tak adil untuk para fans juga. Aku sudah berkesimpulan bahwa ini sudah berakhir, bagiku sudah semua yang di dalam ring sudah berakhir."
"Ketika Anda adalah seorang atlet yang berkompetisi di level tertinggi selama bertahun-tahun, tak adil untuk masuk ke dlam ring dan tak memberikan yang terbaik."
"Aku berjanji kepada diriku sendiri, berjanji kepada keluargaku, dan berjanji kepada semua orang bahwa inilah saatnya. Ini adalah ujung jalanku di atas ring," tandasnya.
De La hoya diakui sebagai salah satu figur paling populer di dunia tinju dalam satu dekade terakhir. Perterungannya dengan Fernando Vargas pada tahun 2002 disebut banyak pengamat sebagai yang terbaik sepanjang kariernya. Kala itu, usai menang TKO De La hoya berhasil mengunifikasikan titel kelas welter dari WBA dan WBC.
Usai pensiun, De La Hoya masih akan tetap berkutat di dunia tinju. Ia kini lebih berkonsentrasi sebagai promotor bersama firmanya, Golden Boy Promotions.
underlined :
Pertarungan berakhir pada ronde kesembilan dengan De La Hoya yang menggeliat kesakitan di kanvas olehpukulan sempurna yang ditempatkan Hopkins.
Setelah off 20 bulan, De La Hoya kembali ke ring pada Mei 2006 dan disampaikan pada janjinya untuk mengalahkanRicardo Mayorga, ia mencetak kemenangan TKO ronde keenam untuk memenangkan gelar kelas welter super WBC.
Atas kemenangan itu ia yahkin karirnya belum usai, maka promotornya mengatur pertandingan dengan Floyd Myweather Jr di Las Vegas. Ia kalah lagi dalam pertarungan itu dalam 12 ronde yang sengit.
Tak mau menyerah Oscar kembali naik ring melawan Steve Forbes dan menang lagi dengan 12 ronde.
Hingga akhirnya usai sudah cerita Oscar De La Hoya di atas ring. Pria yang dijuluki The Golden Boy itu akhirnya mengumumkan bahwa dirinya telah pensiun dari bertinju pada 2009.
Pertarungan terakhirnya adalah ketika berhadapan dengan Manny Pacquiao Desember 2008 silam. De La Hoya kalah dalam pertarungan itu. Kala itu Pacquiao dinyatakan menang di ronde kedelapan setelah kubu De La Hoya menolak melanjutkan pertandingan.
Kekalahan tersebut menambah panjang daftar kekalahannya dalam beberapa pertarungan terakhirnya sebelum pensiun. Tercatat dari tujuh kali naik ring, De La Hoya kalah dalam empat di antaranya.
Mungkin catatan itu juga yang membuat dirinya akhirnya memutuskan untuk pensiun. Dalam konferensi pers di Los Angeles, De La Hoya menyatakan bahwa alasannya pensiun adalah karena merasa dirinya sudah tak mampu berkompetisi lagi di atas ring.
"Tinju adalah hasratku, tinju adalah tujuan mengapa aku dilahirkan," ujarnya seperti dilansir Reuters.
"Dan ketika aku tak bisa melakukannya lagi, ketika aku tak bisa berkompetisi di level tertinggi lagi, itu terasa tak adil. Tak adil untukku, tak adil untuk para fans juga. Aku sudah berkesimpulan bahwa ini sudah berakhir, bagiku sudah semua yang di dalam ring sudah berakhir."
"Ketika Anda adalah seorang atlet yang berkompetisi di level tertinggi selama bertahun-tahun, tak adil untuk masuk ke dlam ring dan tak memberikan yang terbaik."
"Aku berjanji kepada diriku sendiri, berjanji kepada keluargaku, dan berjanji kepada semua orang bahwa inilah saatnya. Ini adalah ujung jalanku di atas ring," tandasnya.
De La hoya diakui sebagai salah satu figur paling populer di dunia tinju dalam satu dekade terakhir. Perterungannya dengan Fernando Vargas pada tahun 2002 disebut banyak pengamat sebagai yang terbaik sepanjang kariernya. Kala itu, usai menang TKO De La hoya berhasil mengunifikasikan titel kelas welter dari WBA dan WBC.
Usai pensiun, De La Hoya masih akan tetap berkutat di dunia tinju. Ia kini lebih berkonsentrasi sebagai promotor bersama firmanya, Golden Boy Promotions.
underlined :
· "Oscar tidak belajar bagaimana menghadapi kekalahan, dan ia mencari kambing hitam, dan kali ini panah jatuh pada saya," kata Bob Arum.
· “Usaha sejak kecil berbuah manis. Pada tahun 1988, De La Hoya memenangkan Olimpiade Junior Nasional untukkelas 119-pound dan ditindaklanjuti dengan gelar 125-pound tahun berikutnya.”
· “De La Hoya sempat mendapat knocked down. Sebelum akhirnya ia bangkit kembali dan menyingkirkan Valenzuela sebelum ronde pertama saat itu berakhir.”
· “Pada perayaan kemenangan di atas ring, De La hoya membawa bendera AS di satu tangan dan bendera Meksiko di sisi lain, untuk menghormati ibunya.”
· “Tak mau menyerah Oscar kembali naik ring melawan Steve Forbes dan menang lagi dengan 12 ronde.”
0 komentar:
Post a Comment